Naung.id - Jika kita melihat manusia merayakan Lebaran Idul Fitri mungkin sudah biasa. Namun di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, ada tradisi unik yakni Bakdan Sapi (Lebaran Sapi). Tradisi itu biasa dilakukan di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Untuk diketahui, Desa Sruni adalah salah satu wilayah di lereng Merapi yang mempunyai tradisi unik setiap Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi yang biasa disebut sebagai Bakdan Sapi dilakukan setiap hari kedelapan bulan Syawal dan bertepatan dengan lebaran ketupat. Acara digelar di sepanjang jalan desa dan diikuti oleh seluruh warga masyarakat Desa Sruni yang 98 persen berprofesi sebagai petani sapi perah.
Baca Juga: Mengintip Kemeriahan Tradisi Syawalan di Bukit Sidoguro Klaten
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Darmanto mengatakan jika tradisi Bakdan Sapi tersebut merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan.
Masyarakat Desa Sruni ini sangat menyatu dengan hewan ternaknya, sehingga setiap hari ke delapan Idul Fitri yang merupakan Lebaran Ketupat diidentikkan dengan Bakdan Sapi diwujudkan dengan bentuk kirab agar sapinya bahagia, sehingga nanti sapi-sapi tersebut akan membalas dengan produksi susu yang melimpah yang akan berdampak baik bagi perekonomian warga.
"Kami sangat berharap dilestarikan, lebih dimajukan lagi sehingga menjadi kekayaan adat istiadat bagi masyarakat yang tentu berefek domino untuk ajang bersilaturahmi, saling melihat sapi temannya, saling belajar sehingga akhirnya meningkatkan kesejahteraan." ujarnya dilansir dari laman resmi Pemkab Boyolali, Minggu (30/4/2023).
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tradisi Lebaran Ketupat
Salah satu tokoh masyarakat Desa Sruni, Jaman, menjelaskan bahwa tradisi Bakdan Sapi sudah secara turun-temurun dilakukan dan diikuti kurang lebih 500 ekor sapi.
Kegiatan Bakdan Sapi diawali dengan tradisi Kupatan oleh warga desa, yang kemudian para petani sapi mengeluarkan sapinya untuk dimandikan dan diberi wewangian serta dikalungi dengan ketupat kemudian diarak keliling kampung untuk bertemu sapi-sapi lain di desanya.
"Tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan karena kami sebagai petani mayoritas atau 98 persen penduduk sini adalah petani dan berternak sapi terutama sapi perah." tukasnya.
Artikel Terkait
Susi Pudjiastuti Kedapatan Minta Rokok ke Pengendara Lain saat Setir Pickup, Warganet: Agak Laen Ibu Ini
Kurang Bayar Rp30 Juta, Ijazah Raihan Hingga Kini Masih Ditahan Pihak Sekolah
Nikita Mirzani Nangis Ditinggal Kabur Suami, Sejumlah Barang Branded Turut "Digondol"
Mengintip Kemeriahan Tradisi Syawalan di Bukit Sidoguro Klaten
Waspada! Ini Tiga Dampak Negatif Makan Harta Haram