Cermin Prasangka, Rumput Tetangga Tampak lebih Hijau

- Jumat, 3 Februari 2023 | 06:29 WIB
Cermin Prasangka, Memandang Rumput Tetangga (LBL (foto: Sara Dabaghian))
Cermin Prasangka, Memandang Rumput Tetangga (LBL (foto: Sara Dabaghian))

KETIKA musim kemarau baru saja mulai, seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.

Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.

Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.

Baca Juga: Zodiak Hari Ini: Hati-hati dengan Keuangan, Awas Orang Ketiga

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung.

Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.

Hmm... tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap.

Burung pipit itu adalah cermin diri yang memantulkan wajah kita.

Halaman:

Editor: Langit Bara Lazuardi

Tags

Terkini

Sepenggal Percakapan Pedih

Jumat, 17 Maret 2023 | 10:39 WIB

Kisah Sang Guru yang Memenangkan Orang Bodoh

Kamis, 9 Maret 2023 | 09:19 WIB

Mereka yang Lebih Mendengar Suara Uang

Rabu, 22 Februari 2023 | 07:55 WIB

Enam Fakta soal Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 18 Februari 2023 | 15:14 WIB

Lelaki Lain di Hati Ibu

Sabtu, 18 Februari 2023 | 07:27 WIB

Saringan untuk Seorang Teman

Rabu, 15 Februari 2023 | 10:25 WIB

Niat dan Tata Cara Bayar Hutang Puasa Ramadhan

Minggu, 12 Februari 2023 | 14:47 WIB
X