NABI MUHAMMAD memang mengajarkan pengelolaan rumah tangga yang luar biasa. Apapun permasalahan di rumah tangga, Rasulullah menekankan pentingnya komunikasi yang lemah lembut dan kebersamaan untuk mencari solusi.
Nabi juga menekankan tentang pentingnya menjaga kerahasiaan antarpasangan. Itulah sebabnya Nabi marah kepada Hafshah karena tak mampu menjaga rahasia yang beliau percayakan, dan menceritakannya kepada Aisyah. Inilah yang memicu konflik kecil, dan Rasulullah sempat menalak Hafshah.
Namun, siapa sangka, mampu mengelola rumah tangga dengan beberapa istri, dan mengajarkan kita tentang manajemen keluarga islami, Rasulullah ternyata pernah juga patah hati. Patah hati pertama karena cintanya ditolak, ketika Nabi masih remaja, dan menambatkan hatinya pada sepupunya. Kedua, setelah nabi mendapat wahyu, dan melamar, untuk menerima lagi penolakan.
Dua penolakan itu dilakukan oleh perempuan yang sama.
Fakhitah binti Abu Thalib namanya.
Baca Juga: Kisah istri-Istri Nabi Muhammad dan Pernikahannya, Hafshah Binti Umar (4)
Pilih Lelaki Puitis dan Cinta Anak
Fakhitah bukan sosok biasa. Dia perempuan yang lahir dari kaum terpandang, Bani Hasyim di Mekah. Ayahnya adalah Abu Thalib, dan berkakekkan Abdul Muthalib.
Ya benar, Fakhitah berkakekkan yang sama dengan Muhammad. Jadi, mereka sepupuan. Fakhitah adalah adik dari Ja’far dan Ali bin Abu Thalib.
Karena sepupuan inilah, terutama kita tahu Muhammad muda tinggal bersama kakeknya dan lalu pamannya, mereka jadi akrab. Tumbuh dan meremaja bersama, Muhammad menyadari ada benih cinta lahir di hatinya.
Ini sebelum Muhammad berniaga dan kenal dengan khadijah.
Dorongan cinta dan sayang itu membuat Muhammad mengajukan lamaran kepada pamannya agar bersedia menikahkan Fakhitah untuk menjadi istrinya. Namun, meski Abu Thalib sangat menyayangi Muhammad, lamaran itu dia tolak.
"Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kami ada hubungan kerabat (lewat pernikahan) dengan keluarga Hubairah. Dan orang dermawan akan memberi hal setimpal juga kepada orang dermawan,” kata Abu Thalib.
Fakhitah telah dekat dengan seorang lelaki, Hubairah bin Abi Wahab. Hubairah ini penyair, sosok yang puitis dan romantis. Apalagi, Hubairah juga dari Bani Makhzum, yang dengan Bani Hasyim telah juga menjalin pernikahan sebelumnya. Abu Thalib harus meneruskan hubungan baik itu.