Dan Senja pun Pergi

- Kamis, 11 Mei 2023 | 14:31 WIB
Senja pun pergi (Langit Bara lazuardi)
Senja pun pergi (Langit Bara lazuardi)

tadi pagi, Senja menikah. aku menerima kabar itu darinya, melalui whatsapp yang tak bisa kuhindari. kepalaku tiba-tiba kosong. dan darah seperti tak mau mencapai jantungku. sesak, aku terengah-engah menggapai oksigen, menyanggakan badan di teralis jendela. mataku basah.

kusadari tanganku masih menggenggan ponsel itu. dan layarnya, memintaku membaca kembali kalimat terakhirnya, "tidak Lang, tidak ada yang salah. kau, aku, kita, juga dia, telah berusaha untuk setia. tapi kita bukan apa-apa lagi. dunia sudah tak seperti dulu. bukan apa-apa..."

ya, barangkali, kita bukan apa-apa lagi. mungkin benar, ketika kau bicara, "dalam percintaan kita, apa yang paling penting ialah tiada harap." tapi pernikahanmu, Nja: bukan saja membakar harap, dia peta yang menulis jarak, kau dan aku tidak lagi di satu garis. semua lalu habis, jadi kenangan, juga tangis.

dulu-- ah, barangkali kamu telah lupa, aku memintamu untuk memberi cinta yang tak jadi hantu dalam mimpi malam. aku hanya ingin, suatu waktu, tubuh kita bersentuhan dalam girang pagi, hangat ruap kopi, dan menulis ringan janji: aku lelaki yang kau lihat di subuh pertama. aku lelaki, yang kau beri ciuman ketika kantuk telah reda, saat bibir masih masam.

dan aku ingat, kau tertawa mendengarnya. "itu terlalu sederhana. aku bisa menciummu kapan saja, kapan saja," yakinmu.

iya Nja, iyya. kau memang bisa menciumku kapan saja. tapi kurasa, menjadi lelaki pertama yang kau lihat ketika susu-susu cahaya memasuki jendela, bukan soal yang sederhana. itu mimpiku, dan kini, selamanya akan tetap begitu. huuuhh...

Baca Juga: Berahi yang Tak Membaui Tubuh

kini kepalaku dipenuhi bayanganmu dan lelakimu. dan aku tak pernah bisa tahu, sosok macam apa yang membuat mimpiku abadi.

"jangan tanya siapa dia, Lang. kau tak mengenalnya. dia datang ketika aku hanya bisa mengatakan 'ya'. dia tak mengambil apa pun yang pernah kamu miliki, yang pernah kita miliki."

tapi, apa yang pernah sungguh kita miliki, Nja? persetubuhan yang tak pernah sempurna? basah ciuman yang tak kunjung sampai? atau rahimmu, yang dulu telah kau siapkan untuk calon anakku? Njaaa.., kini, kita hanya punya dulu, kita hanya memiliki janji.

ya, tadi pagi Senja menikah, aku menggelepar kehabisan darah. dan mencintainya, kini terasa bukan sesuatu yang sia-sia. ia telah menanamkan sesuatu yang abadi, kesakitan-kesakitan ini. air mata kesunyian ini. napas yang menetes di ujung jariku ini....

Editor: Langit Bara Lazuardi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Aku Telah Tak Lagi Setia

Jumat, 26 Mei 2023 | 09:29 WIB

Selingkuh Tiga Pembunuh

Senin, 22 Mei 2023 | 08:18 WIB

Ikatan 15 Mei

Senin, 15 Mei 2023 | 07:17 WIB

Ikutkan ke Arah Mana Cinta Membawa

Sabtu, 13 Mei 2023 | 10:50 WIB

Dan Senja pun Pergi

Kamis, 11 Mei 2023 | 14:31 WIB

Berahi yang Tak Membaui Tubuh

Rabu, 10 Mei 2023 | 09:17 WIB

Mencoba Jadi Sebatang Laut

Jumat, 5 Mei 2023 | 08:55 WIB

Untukmu yang Dikirim Hujan

Kamis, 4 Mei 2023 | 10:06 WIB

Tentang Mei, Rindu, dan Cemburu

Rabu, 3 Mei 2023 | 08:33 WIB

Telaga Senja, Pertemuan Pertama

Senin, 24 April 2023 | 08:45 WIB

Pengakuan Senja: Jarak yang Coba Dikekalkan

Sabtu, 22 April 2023 | 11:05 WIB

Bahagia dengan yang Absurd, yang Sementara

Rabu, 19 April 2023 | 10:16 WIB

Kegelapan dan Perselingkuhan Kunang-kunang

Selasa, 18 April 2023 | 09:28 WIB

Warna Kupu Usai Persetubuhan

Senin, 17 April 2023 | 11:55 WIB

Rahasia, Asmara tanpa Kata

Minggu, 16 April 2023 | 10:08 WIB
X