Berahi yang Tak Membaui Tubuh

- Rabu, 10 Mei 2023 | 09:17 WIB
Pelukan sayang (LBL)
Pelukan sayang (LBL)

MALAM TADI, di sudut kafe, dalam timpaan lalu-lalang bayang orang, kau bertanya padaku, "Lang, apa yang membuat kamu begitu menafsuiku?"

aku kaget, mencoba menutupnya dengan tawa. dan gagal. ini pertemuan kali pertama, dan ia membuka dengan satu masalah penting: nafsu.

entah kenapa, aku tak suka kata itu. bukan karena aku tak punya nafsu, bukan. melainkan karena nafsu membuat aku berpikir tentang sesuatu yang berbau hewani.

aku lebih bergairah dengan kata hasrat, berahi. dan dengan dia, aku memang acap berhasrat, terberahikan.

aneh, memang. padahal, sebelumnya, aku tak pernah tahu bentuk tubuhnya. juga wajah, dan rambut utuhnya. apalagi lidah. dan karena itulah, aku memakai kata hasrat, sesuatu yang bisa tak selalu membaui tubuh.

"hey..." ia menggapai tanganku. "kenapa?"

aku tersenyum. ini sulit. bagaimana menerangkan hasrat. bagaimana menguraikan "sesuatu yang bukan tubuh" yang mampu membuat berahi, maybe ereksi.

selama ini, keberahian selalu diletakkan pada seutas tubuh: pemaknaan pada sensualitas. dan pengalamanku dengannya, nyaris tak berhubungan dengan ketubuhan itu. aku terberahi dengannya, jauh sebelum jumpa berdua, hanya lewat pertukaran kata. Dan kini, kata-kata itu menjadi tubuh: bibir tipis penuh, kelangsingan yang tak jelas karena tertutupi jilbab yang jatuh, dan mata yang acap lupa mengerjap, tertahan lamunan. dan berahiku tak hilang, tak juga mengeras.

hasratku stabil, seperti berahi sewaktu fase kata-kata. dan ia bertanya, kenapa aku menafsuinya?

"kamu nggak punya alasan menafsuiku, kan?"

Baca Juga: Inara dan Rumah Tangga yang Penuh Rintihan

ya, jika berahi hanya berhubungan dengan kebadanannya, aku memang tak punya alasan. tapi, getar, debar, napas memberat, hasrat ingin-takut merengkuhnya: ini nyata! dan kenyataan ini harus juga ia ketahui. dan aku tersudutkan karena tak memiliki kata-kata penjelas. tapi, kudekatkan dudukku, kuraih pundaknya, --matanya agak terbeliak-- dan kubisikkan: "aku berahi pada kamu yang tinggal di kepalaku: bau, tubuh, bibir, desah, semuanya. aku terhasratkan pada pertukaran kata-kata kita yang membentuk tubuhmu di kepalaku. dan ketika kita berjumpa, ketubuhanmu ini tak mengusir hasrat dirimu di kepalaku."

kau terdiam. "aku sekarang jadi terberahikan kamu, Lang. tolong, kau basahkan telingaku dengan ujung kata-katamu," pintanya tiba-tiba.

Editor: Langit Bara Lazuardi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Aku Telah Tak Lagi Setia

Jumat, 26 Mei 2023 | 09:29 WIB

Selingkuh Tiga Pembunuh

Senin, 22 Mei 2023 | 08:18 WIB

Ikatan 15 Mei

Senin, 15 Mei 2023 | 07:17 WIB

Ikutkan ke Arah Mana Cinta Membawa

Sabtu, 13 Mei 2023 | 10:50 WIB

Dan Senja pun Pergi

Kamis, 11 Mei 2023 | 14:31 WIB

Berahi yang Tak Membaui Tubuh

Rabu, 10 Mei 2023 | 09:17 WIB

Mencoba Jadi Sebatang Laut

Jumat, 5 Mei 2023 | 08:55 WIB

Untukmu yang Dikirim Hujan

Kamis, 4 Mei 2023 | 10:06 WIB

Tentang Mei, Rindu, dan Cemburu

Rabu, 3 Mei 2023 | 08:33 WIB

Telaga Senja, Pertemuan Pertama

Senin, 24 April 2023 | 08:45 WIB

Pengakuan Senja: Jarak yang Coba Dikekalkan

Sabtu, 22 April 2023 | 11:05 WIB

Bahagia dengan yang Absurd, yang Sementara

Rabu, 19 April 2023 | 10:16 WIB

Kegelapan dan Perselingkuhan Kunang-kunang

Selasa, 18 April 2023 | 09:28 WIB

Warna Kupu Usai Persetubuhan

Senin, 17 April 2023 | 11:55 WIB

Rahasia, Asmara tanpa Kata

Minggu, 16 April 2023 | 10:08 WIB
X