Sepenggal Percakapan Pedih

- Jumat, 17 Maret 2023 | 10:39 WIB
Percintaan Maya (LBL)
Percintaan Maya (LBL)

Lang, maafkan jika rasa maya kita tak dapat kubenihkan ketika telah berada di rumah. aku terpenjara dalam rasa yang lain, rasa nyata yang --meski kuakui tak seindah rasa maya bersamamu-- harus kuterima sebagai ''kebenaran''.

Nja, tentu saja aku tak akan mengganggu kamu di rumah: rumpun kesenangan yang diciptakan kenyataan hanya untukmu. cukuplah, kita menjalinnya di sesela waktu luang yang tumbuh di sekitar rutinitasmu. lagi pula, mungkin, bagimu rasa maya itu hanya hal bisa, pelipur lara kala lelah mendera, jeda di antara penjara waktu. dan karena itu, jika hanya untuk memperturutkan rasa maya itu membuatmu harus mengorbankan banyak hal, aku pasti merasa berdosa.

anggap saja ini jalinan permainan, ''pilinan emosi'', yang kita semai-tumbuhkan dalam kesenangan, di antara gegas-gesa.

hanya semacam hasrat untuk membangkit naluri infantil kita, mengatakan apa pun yang kita mau, seperti saat dosa pertama belum tercipta.

Nja, aku hanya bermaksud kita membuat ruang, dan menggambari sketsa-sketsa rasa di situ.

ruang itu tampa kepemilikan, bukan punyaku, atau hakmu, dan tak ada tabu. nanti, kuimpikan, kita dapat menuliskan, merasakan, apa pun, bahkan sesuatu yang semula tidak kita pikirkan, sebuah khayalan, yang di dalam mimpi pun mungkin ingin kita hindari.

Baca Juga: Hanya Lelaki Tua yang Membuatku Bahagia

lalu, akan kita namakan apa rasa maya itu, Lang?

Nja, Senjaku, marilah ikutkan ke mana rasa membawa. tak usah memikirkan makna: akan ke mana. atau estetika: indah dan cela. kita hanya mencipta sesuatu yang digetarkan hati kita.

ini bukan ikatan, karena jangankan dirimu, aku bahkan tak merasa mampu mengikat senyummu.

aku tak ingin menjadi ''kenyataanmu'' yang kau katakan telah menjadi penjara.

aku, meski maya, ingin menjadi keleluasaanmu, udara bersih, hijau kasih, yang membuatmu selalu tersenyum.

di ruang maya ini, ketika kita cukup bahagia berbagi kata dan foto yang menjadi penggalan cerita, pendarkan saja semuanya. mungkin akan menjadi prasasti, yang kelak jika kita kenang, kita mungkin menertawakannya atau menangisinya.

mari Senja, bebaskan saja dirimu. gembira. beria. berlupa. dan jangan takut dosa. bukankah kesempurnaan telah lama tidak lagi menjadi milik kita?

Lang, bagaimana jika rasa maya ini kuinginkan menjadi nyata?

bergeraklah. aku menunggu. karena keterikatan nyata itu berada padamu.

karena kebebasan itu adalah napasku.

berlarilah ke arahku, dan yakinlah, aku akan menangkapmu.

Baca Juga: Karena Kamu adalah Kekasih yang telah Dijanjikan Tuhan saat Aku Masih Tertidur di Rahim Ibu

karena seperti kau tahu, rasa yang kita ciptakan dalam abjad ini, telah menjadi nyawa kita. telah lama engkau menjadi vokal, dan aku menjadi konsonannya.

di dalam bahasa, kita bermakna dan bercinta.

tidakkah itu terasa nyata, bagimu?

........

Halaman:

Editor: Langit Bara Lazuardi

Tags

Terkini

Aku Telah Tak Lagi Setia

Jumat, 26 Mei 2023 | 09:29 WIB

Selingkuh Tiga Pembunuh

Senin, 22 Mei 2023 | 08:18 WIB

Ikatan 15 Mei

Senin, 15 Mei 2023 | 07:17 WIB

Ikutkan ke Arah Mana Cinta Membawa

Sabtu, 13 Mei 2023 | 10:50 WIB

Dan Senja pun Pergi

Kamis, 11 Mei 2023 | 14:31 WIB

Berahi yang Tak Membaui Tubuh

Rabu, 10 Mei 2023 | 09:17 WIB

Mencoba Jadi Sebatang Laut

Jumat, 5 Mei 2023 | 08:55 WIB

Untukmu yang Dikirim Hujan

Kamis, 4 Mei 2023 | 10:06 WIB

Tentang Mei, Rindu, dan Cemburu

Rabu, 3 Mei 2023 | 08:33 WIB

Telaga Senja, Pertemuan Pertama

Senin, 24 April 2023 | 08:45 WIB

Pengakuan Senja: Jarak yang Coba Dikekalkan

Sabtu, 22 April 2023 | 11:05 WIB

Bahagia dengan yang Absurd, yang Sementara

Rabu, 19 April 2023 | 10:16 WIB

Kegelapan dan Perselingkuhan Kunang-kunang

Selasa, 18 April 2023 | 09:28 WIB

Warna Kupu Usai Persetubuhan

Senin, 17 April 2023 | 11:55 WIB

Rahasia, Asmara tanpa Kata

Minggu, 16 April 2023 | 10:08 WIB
X